Perbedaan
dan Persamaan Sastra Anak dan Sastra Dewasa
Dalam
bahasa sastra terkandung unsur tujuan keindahan. Sastra memberi kesenangan dan
pemahaman tentang kehidupan. Sastra menurut Lukens (2003:9) menawarkan dua hal
utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Lukens (2003:4) menegaskan bahwa tujuan
memberikan hiburan, tujuan menyenangkan dan memuaskan pembaca, tidak peduli
pembaca dewasa ataupun anak-anak, adalah hal yang esensial dalam sastra.
Stewig
mengungkapkan peran sastra bagi anak adalah bahwa di samping memberikan
kesenangan juga memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap kehidupan ini.
Saxby (1991:4) mengemukakan bahwa jika citraan dan atau metafora kehidupan yang
dikisahkan itu berada dalam jangkauan anak, baik yang meliputi aspek emosi,
perasaan, pikiran, saraf sendori, maupun pengalaman moral, dan diekspresikan
dalam bentuk-bentuk kebahasaan yang juga dapat dijangkau dan dipahami oleh
pembaca anak-anak, buku atau teks tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
sastra anak.
Sastra
anak adalah karya sastra yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat
penceritaan. Orang yang dapat dikategorikan sebagai anak itu adalah orang yang
berusia 0 tahun sampai dengan sekitar 12 tahun. Jadi, akan yang dimaksudkan
dalam sastra anak itu adalah orang yang berusia 0 tahun sampai sekitar 12 atau
13 tahun, atau anak yang sudah mesuk dalam masa remaja awal. Siapa pun penulis
buku bacaan mesti juga sadar kelompok usia mana, atau pada kelas-kelas sekolah
berapa, buku yang ditulis itu dimaksudkan.
Sastra
dewasa dan sastra anak sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yaitu memberi
kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan. Kemudian, baik sastra anak dan
sastra dewasa merupakan teks sastra sebagai produk penulisan yang dipandang
sebagai sebuah citraan kehidupan dan secara potensial juga sebagai metafora
kehidupan.
Huck
dkk. (1987:4) mengemukakan perlu adanya perhatian terhadap perbedaan buku yang
dimaksudkan sebagai bacaan anak dan dewasa. Buku bacaan tidak begitu saja dapat
diberikan kepada anak karena keterbatasan isi kandungan maupun kebahasaan.
Perbedaan sastra anak dan sastra dewasa, yaitu pertama anak sebagai pusat
penceritaan. Isi kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan
anak yang dapat dijangkau dan dipahami serta yang sesuai dengan dunia anak
sesuai dengan perkembangan emosi dan kejiwaannya. Sementara cerita dewasa
yaitu, cerita yang melibatkan proses emosional yang ruwet dengan bahasa yang
abstrak.
Dua,
keterbatasan isi dan bentuk. Perbedaan antara sastra anak dan sastra dewasa
adalah terdapat dalam hal tingkatan pengalaman yang dikisahkan dan atau yang
diperlukan untuk memahani, bukan pada hakikat kemanusiaan yang dikisahkan. Pada
sastra anak diceritakan fantasi-fantasi seperti cerita binatang yang berbicara
dan bertingkah laku seperti manusia, cerita dewa, sesuatu yang bagi orang
dewasa tidak masuk akal. Sedangkan sastra dewasa menceritakan cerita yang
melibatkan pengalaman hidup yang kompleks.
Ketiga,
bahasa dan cara pengisahan. Pada sastra anak, bahasa yang digunakan
berkarakteristik sederhana, sederhana dalam struktur, kosa kata dan ungkapan. Bahasa
sastra anak masih lebih lugas, apa adanya, dan tidak berbelit. Alur cerita
haruslah yang juga sederhana, mudah dipahami dan diimajinasikan, tidak berbelit
dan tidak kompleks. Sementara sastra dewasa menggunakan kosakata dan kalimat
yang kompleks.
Bandingkan
contoh puisi karya Sapardi Djoko Damono dan puisi anak karya Gabriel Sianipar
berikut ini:
MATA PISAU
Oleh: Sapardi Djoko Damono
mata
pisau itu tak berkejap menatapmu
kau
yang baru saja mengasahnya
berfikir:
ia tajam untuk mengiris apel
yang
tersedia di atas meja
sehabis
makan malam;
ia
berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
CENDRAWASIH
Oleh:
Gabriel Sianipar
Engkau
burung dari Sorga
Hidup di tanah Papua
Bulumu indah
Warna warni
Tapi sayang
Engkau sulit dijumpai di alam bebas
Mari selamatkan Cendrawasih
Jangan sampai ia tinggal cerita
Hidup di tanah Papua
Bulumu indah
Warna warni
Tapi sayang
Engkau sulit dijumpai di alam bebas
Mari selamatkan Cendrawasih
Jangan sampai ia tinggal cerita
Dari
kedua contoh puisi di atas, dapat dilihat secara jelas perbedaan yang ada pada
keduanya, baik dari pusat penceritaan, isi dan bentuk, bahasa dan cara
pengisahan. Pada puisi anak karya Gabriel kata yang digunakan sangatlah
sederhana. Puisi yang ditulis tidaklah kompleks dan sangat “telanjang makna”.
Kata yang tertuang hanya berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakannya sehingga
mudah dimengerti. Berbeda dengan puisi karya Sapardi yang begitu banyak
menggunakan majas dengan bahasa dan permasalahan yang kompleks. Namun walaupun
begitu, kedua puisi itu berangkat dari kehidupan yang dialami penulisnya dan
bertujuan untuk menghibur.
Demikianlah
paparan saya mengenai persamaan dan perbedaan yang ada pada sastra anak dan
sastra dewasa dengan disertai contoh.




0 komentar:
Posting Komentar