Analisis Face Threatening Act dalam Cerpen Harga Perempuan Karya Sirikit Syah
Sebuah Kajian Pragmatik
Diajukan
untuk memenuhi tugas semester enam
dalam
mata kuliah Kapita Selekta Linguistik
Dosen
Pembina:
Wagiati,
M.Hum
Oleh:
Vicky Yuni Angraini
180110090016
FAKULTAS
ILMU BUDAYA
PRODI
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia hidup menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi dengan sesamanya baik untuk mengungkapkan ide, gagasan,
serta perasaannya. Bahasa yang disampaikan seseorang biasanya mempunyai tujuan
dan maksud tertentu. Dengan bahasa yang digunakan pula kita dapat mengidentifikasi
seseorang. Tanpa disadari, bahasa merupakan sesuatu yang telah mengakar dalam
kehidupan kita. Menurut Kridalaksana (2008: 24) “bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang digunakan dalam suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi
dan mengidentifikasi diri.”
Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi pada umumnya bersifat lisan, yaitu bahasa dituturkan dari penutur
kepada lawan tutur. Pada saat bertutur
kepada lawan tutur, kita juga harus dapat menempatkan diri, seperti
kepada siapa tuturan itu disampaikan dan dalam situasi semacam apa.
Tuturan-tuturan yang disampaikan juga perlu di perhatikan untuk menjaga
perasaan lawan tutur kita saat tuturan itu diutarakan.
Dalam berkomunikasi tentu saja ada
informasi yang ingin disampaikan. Jika komunikasi yang dilakukan baik maka akan
ada timbal balik dari itu semua. Timbal balik yang terjadi merupakan komunikasi
yang dilakukan dua arah. Fungsi komunikasi yang dilakukan oleh para komunikan adalah
untuk menjaga kelangsungan hubungan di antara para komunikan itu sendiri. Untuk
hal ini, tidak disadari memang, seseorang harus mengatur bagaimana ia harus bertutur
dan bersikap. Walaupun bahasa satu berbeda dengan bahasa yang lainnya pada tiap
daerah, tetapi setiap bahasa tentu saja mempunyai standar dan nilai kesantunan
masing-masing. Jika pada bahasa Jawa dan Sunda, kesantunan berkomunikasi dapat
dilihat secara jelas dari tingkatan penggunaan bahasa, halus dan kasar, dalam
undak usuknya.
Ternyata tidak berlaku pada bahasa
daerah saja, begitupun juga bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai
markah-markah kesantunan sendiri. Dalam pragmatik, markah kesantunan itu lebih
terlihat pada strategi-strategi penutur dalam menyampaikan tuturannya. Menurut
Kridalaksana (2008: 198) “pragmatik adalah syarat yang mengakibatkan serasi
tidaknya penggunaan bahasa dalam komunikasi.” Untuk menjaga hubungan komunikasi
antara peserta tutur, salah satunya dapat dilihat dengan menggunakan teori Face Threatening Act.
Menurut Wijana (2010: 132) yang
dimaksud dengan “muka adalah harga diri dari setiap orang yang harus
dipertimbangkan oleh setiap penutur.” Dalam bertutur, setiap peserta tutur
harus sedemikian rupa menjaga “muka” lawan tuturnya agar mereka tidak
“kehilangan muka.”.
Menurut Wijana (2010: 133) setiap
penutur harus (1) memperhatikan harga diri lawan tutur dengan memperlakukannya
sebagai orang yang memiliki kedudukan yang sama atau (2) memperlakukannya
dengan tidak mengurangi kebebasannya dalam bertindak. Jika cara pertama yang
ditempuh, maka penutur menggunakan strategi positif. Sementara jika penutur
menerapkan cara kedua, maka penutur menerapkan strategi negatif.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari contoh percakapan berikut:
“Seusai
program aku akan menagih rekening padamu,” Kata Husin suatu pagi setelah
membangunkannya dengan telepon pagi. “Untuk apa? tanya Nita. “Untuk panggilan
otomatis.” Nita tertawa
(Syah,
1999: 6-7)
Baik strategi positif dan negatif
sama-sama mempunyai beberapa ciri, salah satunya yaitu, melucu. Percakapan
antara Husin dan Nita dalam cerpen Perangkap
Sepi merupakan strategi positif. Husin mencoba membuat lelucon dalam
percakapannya dengan Nita. Lelucon yang dibuat Husin dapat dikatakan berhasil
karena Nita menanggapinya dengan tertawa.
“Dok,
Nunik boleh tidur di sini saja?” kata gadis cilik itu.
“Tidak
boleh. Di sini untuk orang-orang sakit. Nonik kan sudah sehat, sudah longgar
napasnya?”
(Syah,
1999: 18)
Kemudian
lihat pula percakapan di atas. Percakapan tersebut termasuk pada strategi
negatif. Salah satu ciri strategi negatif yaitu, ungkapkan secara tidak
langsung. Nunik bertanya pada dokter apakah dia boleh menginap di rumah sakit
dan dokter memberikan timbal balik dengan jawaban yang secara tidak langsung.
Memang pada awalnya dokter sudah mengatakan “tidak boleh” secara langsung.
Untuk menjaga perasaan anak kecil yang juga telah akrab dengannya, si dokter kemudian
memberikan alasan lain yang secara tidak langsung alasan itu untuk menyatakan
apa maksud yang sebenarnya, “Di sini kan untuk orang-orang sakit. Nonik kan
sudah sehat.” Kalimat itu merupakan sebuah penolakan secara halus yang dikemas
baik untuk menolak sebuah permintaan.
Seperti pada dua contoh di atas,
setiap tuturan yang diucapkan oleh lawan tutur pasti mengandung strategi
positif dan negatif. Benar pula bahwa tiap-tiap tuturan yang diujarkan menuntut
penutur untuk menjaga muka lawan tuturnya.
1.2 Batasan dan Identifikasi Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi
masalah pada tindak tutur yang terdapat pada cerpen dengan menganalisis
sembilan cerpen dari sembilan belas cerpen yang ada pada kumpulan cerpen Harga Perempuan tersebut. Kesembilan
cerpen itu yaitu, Perangkap Sepi, Suatu Malam di UGD, Perempuan dari Masa Lalu, Tanggung
Jawab, Asmara Ibuku, Kartini, Keputusan, Perempuan Suamiku,
dan Polisi Kita. Masalah yang akan
dijawab dalam penelitian ini, yaitu strategi apa yang mendominasi penutur dalam
melakukan tindak tutur dalam cerpen tersebut.
1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian
Manfaat
penelitian ini adalah untuk dapat menambah pengetahuan dalam bidang penelitian mulai dari pengumpulan data
dan pengolahan data serta berguna bagi perkembangan penelitian mengenai Face Threatening Act. Sementara tujuan
penelitian ini adalah menjelaskan strategi muka yang digunakan penutur dalam
melakukan tindak tutur dalam cerpen tersebut.
1.4 Landasan Teori
Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Face Threatening Act
Levinson (dalam Wijana 2010: 134) yang dibagi menjadi dua strategi,
yaitu strategi positif dan strategi negatif. Teori lain yang digunakan adalah
teori tindak tutur Yule (2006) yang menjelaskan bahwa tindak tutur merupakan
tindakan yang dilakukan melalui ujaran.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah novel cerpen Harga
Perempuan karya Sirikit Syah. Data penelitian berupa tuturan. Dalam menentukan sampel penulis menggunakan
teknik purposive sampling, sampel yang digunakan merupakan tuturan yang
mewakili strategi positif dan strategi negatif.
Lalu
dalam metode pengumpulan data penulis menggunakan metode simak dan catat.
Sementara dalam menganalisis data penulis menggunakan metode padan pragmatis.
1.6 Sumber Data
Dalam makalah penelitian ini,
penulis tertarik untuk meneliti analisis penggunaan strategi muka dalam tindak
tutur pada tuturan cerpen. Penulis memilih kumpulan cerpen Harga Perempuan karya Sirikit Syah sebagai sumber data karena
penulis tertarik pada cerita-cerita yang disajikan. Selain itu pula penulis
memahami tuturan-tuturan yang ada dalam cerpen tersebut sehingga memudahkan
penulis untuk melakukan penelitian.
Daftar
Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Syah, Sirikit. __. Harga Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wijana, I Dewa, dan Rohmadi, Muhammad. 2010.
Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:
Yuma Pustaka




0 komentar:
Posting Komentar