coba klik deh :)

Bisnis pulsa murah nih

cari-cari bisnis pulsa murah, eh nemu ini, buka deh. pelajari n daftar segera :) Pulsa Murah

Jumat, 13 April 2012

Sastra Bandingan


Pengaruh Ramayana, Epos Besar India Gubahan Walmiki, Terhadap Anak Bajang Menggiring Angin Karya Sindhunata

Hubungan erat bangsa Indonesia dengan bangsa Hindu memberi banyak dampak terhadap karya sastra yang ada di Indonesia. Tidak sedikit karya sastra di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Contohnya saja pewayangan. Pewayangan yang ada di Indonesia, khususnya Jawa, yang sangat terkenal dengan cerita Ramayana merupakan cerita yang dipengaruhi oleh epos besar dari India gubahan Walmiki.
Salah satunya yaitu  novel karya Sindhunata, Anak Bajang Mengiiring Angin, merupakan novel yang menyajikan cerita Ramayana dengan jalan cerita yang baru dan menarik. Ramayana terdapat pula dalam sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana. Isi cerita dalam novel ini merupakan penyempurnaan dari kakawin Ramayana yang menyajikan cerita Ramayana versi Jawa. Cerita dalam buku ini menampilkan suatu kisah yang mengandung suatu kemustahilan dan asing bagi pengalaman biasa, sesuatu impian kosong bila dipandang dari kenyataan keseharian manusia. Ramayana bukan hanya sekadar cerita tetapi banyak pelajaran hidup yang terkandung di dalamnya.
Walaupun novel Anak Bajang Menggirng Angin  ini merupakan penyempurnaan kakawin Ramayana versi Jawa tetapi karena novel ini ditulis dengan cerita dan alur yang baru maka terdapat perbedaan dalam cerita. Dalam novel ini cerita dibuat menjadi delapan bab. Dimulai dari Negeri Lokapala. Prabu Danareja hendak mengikuti sayembara untuk memperistri Dewi Sukesi dari negeri Alengka. Numun, Begawan Wisrawa, ayah Prabu Danareja, mencegahnya dan dia sendirilah yang mewakili anaknya melamar Dewi Sukesi dengan mengikuti sayembara di Alengka. Begawan Wisrawa dapat memenangkan sayembara itu dengan membuka rahasia sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu sesuai permintaan Dewi Sukesi. Atas terbukanya rahasia sastra jendra itu Dewi Sukesi jatuh cinta pada Begawan Wisrawa dan terjadilah hubungan suami istri.
Paman Dewi Sukesi, Arya Jambungmali, marah dan melabrak Begawan Wisrawa. Namun, Arya Jambumangli dapat dikalahkan dengan mudah oleh Begawan Wisrawa. Sementara Prabu Danareja di Lokapala kecewa atas perbuatan ayahnya yang merebut calon istrinya itu hingga keluar kutukannya suatu hari nanti akan bertempur dengan salah satu adik tirinya untuk melampiaskan kekecewaannya. Tidak lama kemudian lahirlah Rahwana dan adik-adiknya (Kumbakarna, Gunawan Wibisana, dan Sarpakenaka) dari rahim Dewi Sukesi yang berupa raksasa. Begawan Wisrawa menyarankan anak-anaknya, terutama Rahwana dan Kumbakarna, untuk bertapa meruwat diri memohon kasih para dewata. Kelahiran Rahwana di awal cerita inilah yang membedakannya dengan Ramayana epos India.
Di india dalam bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut kanda dan terdiri dari tujuh kanda, yaitu (1) Balakanda: Cerita pertama tentang Wisnu akan menjelma ke dunia ; (2) Ayodyakanda: Cerita tentang raja Dasarata di Ayodya; (3) Aranyakanda: Cerita tentang percakapan Barata dengan Rama di hutan Dandaka mengenai tahta kerajaan; (4) Kiskandakanda: Cerita tentang Sugriwa, raja kera dengan laskarnya; (5) Sundarakanda: Cerita tentang keindahan kerajaan Langkapura dan pertemuan Hanoman dengan Dewi Sita; (6) Yudhakanda: Cerita tentang pengucilan Sira (hukuman dari Rama) dan Cerita akhir hayat Rama sampai ia menjadi Wisnu kembali; (7) Uttarakanda: Cerita tentang Sinta yang melahirkan Kusa dan Lawa.
Menurut artikel yang saya baca mengenai Ramayana ada pula hal yang sangat berpengaruh di Indonesia dari kisah Ramayana (India) yaitu pengajaran berupa falsafah yang dikenal dengan nama Asthabrata, yaitu bagaimana seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran yang dimaksud berupa:
  1. Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
  2. Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
  3. Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
  4. Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
  5. Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energi, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
  6. Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
  7. Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
  8. Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
Menurut sebuah artikel yang saya baca, menurut Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah dan kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi komentar : "Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan". Dalam cakupan luas, pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Demikianlah uraian singkat saya mengenai pengaruh Ramayana, epos besar India gubahan Walmiki, pada Anak Bajang Menggiring Angin. Dengan gaya bercerita yang santai dan menyulap kata-kata menjadi indah seperti puisi membuat novel ini unik.
           

0 komentar:

Posting Komentar