Pengaruh Ramayana, Epos Besar India Gubahan Walmiki, Terhadap Anak Bajang Menggiring Angin Karya
Sindhunata
Hubungan erat bangsa Indonesia dengan bangsa Hindu
memberi banyak dampak terhadap karya sastra yang ada di Indonesia. Tidak
sedikit karya sastra di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu.
Contohnya saja pewayangan. Pewayangan yang ada di Indonesia, khususnya Jawa,
yang sangat terkenal dengan cerita Ramayana merupakan cerita yang dipengaruhi
oleh epos besar dari India gubahan Walmiki.
Salah satunya yaitu novel karya Sindhunata, Anak Bajang Mengiiring Angin, merupakan novel yang menyajikan
cerita Ramayana dengan jalan cerita yang baru dan menarik. Ramayana terdapat
pula dalam sastra Jawa dalam bentuk kakawin
Ramayana. Isi cerita dalam novel ini merupakan penyempurnaan dari kakawin Ramayana yang menyajikan cerita
Ramayana versi Jawa. Cerita dalam buku ini menampilkan suatu kisah yang
mengandung suatu kemustahilan dan asing bagi pengalaman biasa, sesuatu impian
kosong bila dipandang dari kenyataan keseharian manusia. Ramayana bukan
hanya sekadar cerita tetapi banyak pelajaran hidup yang terkandung di dalamnya.
Walaupun novel
Anak Bajang Menggirng Angin ini merupakan penyempurnaan kakawin Ramayana versi Jawa tetapi
karena novel ini ditulis dengan cerita dan alur yang baru maka terdapat
perbedaan dalam cerita. Dalam novel ini cerita dibuat menjadi delapan bab.
Dimulai dari Negeri
Lokapala. Prabu Danareja hendak mengikuti
sayembara untuk memperistri Dewi Sukesi dari negeri Alengka. Numun, Begawan Wisrawa,
ayah Prabu Danareja, mencegahnya dan dia sendirilah yang mewakili anaknya
melamar Dewi Sukesi dengan mengikuti sayembara di Alengka. Begawan Wisrawa
dapat memenangkan sayembara itu dengan membuka rahasia sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu sesuai permintaan Dewi
Sukesi. Atas terbukanya rahasia sastra jendra
itu Dewi Sukesi jatuh cinta pada Begawan Wisrawa dan terjadilah hubungan suami
istri.
Paman Dewi
Sukesi, Arya
Jambungmali, marah
dan melabrak Begawan Wisrawa. Namun, Arya Jambumangli dapat dikalahkan dengan
mudah oleh Begawan Wisrawa. Sementara Prabu Danareja di Lokapala kecewa atas perbuatan ayahnya
yang merebut calon istrinya itu hingga keluar kutukannya suatu hari nanti akan
bertempur dengan salah satu adik tirinya untuk melampiaskan kekecewaannya.
Tidak lama kemudian lahirlah Rahwana dan adik-adiknya (Kumbakarna, Gunawan
Wibisana, dan Sarpakenaka) dari rahim Dewi Sukesi yang berupa raksasa. Begawan
Wisrawa menyarankan anak-anaknya, terutama Rahwana dan Kumbakarna, untuk
bertapa meruwat diri memohon kasih para dewata. Kelahiran Rahwana di awal cerita
inilah yang membedakannya dengan Ramayana epos India.
Di india dalam
bahasa Sansekerta, Ramayana dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut kanda dan terdiri dari tujuh kanda, yaitu (1) Balakanda: Cerita pertama tentang Wisnu
akan menjelma ke dunia ; (2) Ayodyakanda: Cerita tentang
raja Dasarata di Ayodya; (3) Aranyakanda: Cerita tentang percakapan Barata dengan Rama di hutan
Dandaka mengenai tahta kerajaan; (4) Kiskandakanda:
Cerita tentang Sugriwa, raja kera dengan laskarnya; (5) Sundarakanda: Cerita tentang keindahan kerajaan Langkapura dan
pertemuan Hanoman
dengan Dewi Sita; (6) Yudhakanda:
Cerita tentang pengucilan Sira (hukuman dari Rama) dan Cerita akhir hayat
Rama sampai ia menjadi Wisnu kembali; (7) Uttarakanda:
Cerita tentang Sinta yang melahirkan Kusa dan Lawa.
Menurut artikel yang saya baca mengenai Ramayana ada pula
hal yang sangat berpengaruh di Indonesia dari kisah Ramayana (India) yaitu
pengajaran berupa falsafah yang dikenal dengan nama Asthabrata, yaitu bagaimana
seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran yang dimaksud berupa:
- Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
- Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
- Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
- Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
- Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energi, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
- Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
- Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
- Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
Menurut sebuah artikel yang
saya baca, menurut Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah dan
kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi
komentar : "Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh
adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan". Dalam cakupan luas,
pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Demikianlah uraian singkat saya mengenai pengaruh
Ramayana, epos besar India gubahan Walmiki, pada Anak Bajang Menggiring Angin.
Dengan gaya bercerita yang santai dan menyulap kata-kata menjadi indah seperti
puisi membuat novel ini unik.




0 komentar:
Posting Komentar