“Film dan Novel” Dua Media Berbeda
(analisis terhadap novel ke film The Boy in the Striped Pyjamas)
Tidak
sedikit film-film yang beredar di masyarakat, baik film luar negeri maupun
dalam negeri, yang ceritanya berangkat dari novel. Novel-novel yang dianggap
sebagai best seller, banyak yang
kemudian diangkat menjadi sebuah film. Dari perfilman Indonesia ada Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih,
Cintaku di Kampus Biru, Eifel I’am In Love, Dealova, dan sederetan film
lainnya.
The
Boy in the Striped Pyjamas yang
disutradarai oleh Mark Herman adalah salah satu dari kebanyakan film luar
negeri yang diangkat dari novel dengan judul yang sama yaitu The Boy in the Striped Pyjamas yang
ditulis oleh John Boyne. Selain The Boy
in the Striped Pyjamas masih ada lagi sederetan film yang diangkat dari
novel seperti Harry Potter, Message In A Bottle, Arthur, Twilight, Bridge Jones’s Diary, Bridge To Teribithia, Sturdust, dan film
lainnya.
Dengan
adanya pengalihan bentuk suatu karya sastra dari novel ke film maka sudah pasti
ada beberapa hal yang dikurangi atau ditambahkan. Keaslian cerita pada novel
sudah tidak terlihat lagi dalam film. Jika novel disajikan dengan menggunakan
kata-kata maka film disajikan dengan gambar. Seorang sutradara harus bisa
menggunakan simbol-simbol dengan baik untuk menggambarkan sesuatu tanpa narasi
seperti pada novel.
Dalam
hal ini, perubahan bentuk (media) karya sastra menjadi sebuah film menurut
Eneste (1991: 11) disebut ekranisasi. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau
pemindahan/pengangkatan sebuah novel (karya sastra: pen.) ke dalam film (ecran dalam
bahasa Perancis berarti layar).
(NH, Herry, “EKRANISASI: Alternatif Studi Sastra Banding”, 08 Jun, http://blog.unand.ac.id/tegarayama/2010/06/08/ekranisasi-alternatif-studi-sastra-banding/) (09 Mei 2011)
Dengan
adanya ekranisasi tentu saja ada pengurangan atau penghapusan pada karya
aslinya. Melalui film, novel yang berhalaman tebal dan dibaca dalam beberapa
hari akan dapat dituntaskan dalam waktu yang lebih singkat. Novel dan film
adalah dua media yang berbeda. Dan karena perbedaan media tersebut tentu saja
ada perbedaan yang terdapat antara novel dan film The Boy in the Striped Pyjamas walaupun film itu diangkat dari
judul novel yang sama.
Jika
cerita yang ada pada novel dan film dibandingkan akan terlihat sangat jelas
perbedaannya. Dalam novel, pada awal cerita Satu Berita Baru Untuk Bruno
menceritakan perihal kepindahannya. Mulai dari Bruno pulang sekolah dan bingung
melihat barang-barangnya yang dimasukkan dalam peti kayu, pegangan tangga yang
dijadikan sebagai tempat seluncur, kebiasaan Bruno saat kaget, percakapan Bruno
dan Ibunya tentang alasan kepindahan mereka, sekolah, dan hal lainnya.
Detail-detail yang disajikan dalam novel jauh lebih terperinci seperti barang
pribadi Bruno yang disembunyikan dalam lemari, lingkaran di bawah mata Ibunya,
dan detail lainnya.
Sementara
jika dilihat melalui filmnya alasan kepindahan yang diutarakan Ayah dan Ibu
Bruno hanya sedikit dan tidak sedetail yang ada dalam novel. Kemudian bagian
yang menceritakan Maria mengepak barang Bruno juga tidak diperlihatkan dalam
film. Dalam filmnya hanya diperlihatkan adegan Bruno pulang sekolah dan kaget
melihat barang-barang di rumahnya di rapikan karena akan diadakan pesta untuk
menyambut kepindahtugasan ayahnya dan sedikit percakapan tentang alasan
kepindahan mereka.
Selanjutnya
penyebutan Out-With dalam novel yang merupakan pelesetan dari Auschwitz juga
tidak disebutkan dalam film. Entah kenapa daerah rumah baru itu disebut sebagai
pedesaan dan Auschwitz ataupun Out-With tidak disebutkan dalam filmnya.
Ada lagi
pada bagian Sebelas The Fury pada novel yang menceritakan beberapa bulan
sebelum keluarga Bruno pindah. Pada bagian ini The Fury datang ke rumah Bruno
untuk membicarakan pekerjaan ayahnya. Namun jika dilihat dalam filmnya bagian
The Fury datang ke rumah Bruno untuk makan malam dan membicarakan pekerjaan
ayahnya tidak diperlihatkan dan mungkin saja sengaja dihilangkan.
Pada
bagian selanjutnya, bagian Dua Belas Tanya-Jawab antara Shmuel dan Bruno. Jika
dalam novel, bagian ini menceritakan keluarga mereka masing-masing, Shmuel dan
Bruno. Umur dan tanggal lahir mereka yang sama. Shmuel yang bercerita kepada
Bruno tentang keluarganya sebelum dia berada di kamp itu. Ayahnya yang bekerja
sebagai pembuat jam tangan, sekolahnya, hingga Shmuel dan yang lainnya harus
tinggal satu ruangan. Namun saat dilihat pada filmnya perckapan seperti ini
ditiadakan.
Enam
Belas Rambut Baru. Bagian yang menceritakan tentang rambut Gretel dan Bruno
yang sama-sama berkutu sehingga mereka harus memakai shampo khusus yang baunya
tidak enak. Namun kemudian ayah mencukur rambut Bruno menjadi botak dan
kelihatan mirip Shmuel. Sama pada sebelumnya pada bagian ini juga ditiadakan
dalam film.
Pada
bagian lainnya menceritakan kesenangan Bruno dan Gretel bermain pertunjukan
bersama nenek. Hampir di setiap pesta yang diadakan di rumahnya selalu
didominasi oleh nyanyian. Kadang Bruno melakukan trik sulap dan Gretel menari
kemudian di akhir drama Bruno akan membacakan puisi panjang karya penyair
terkenal. Ada pula yang memaparkan detail sebab nenek menjadi sangat marah
ketika tahu pekerjaan Ayah Bruno. Semua kejadian pada bagian ini, bagian yang
ada dalam novel, ditiadakan dalam filmnya.
Memang
ada ditayangkan dalam film sebab kemarahan nenek kepada Ayah Bruno tetapi itu
tidak sedetail seperti yang dipaparkan dalam
novel. Pada film saat pesta sedang berlangsung, Ayah Bruno turun untuk
memberi salam dan setelah itu berbincang dengan kakek, nenek, dan istrinya.
Pada saat perbincangan itulah dipaparkan sebab nenek sangat tidak menyukai pekerjaan
Ayah Bruno. Pendapat nenek yang mungkin salah mendidiknya ketika masih kecil
dan kesukaan Ayah Bruno berdandan merupakan sedikit dari banyak percakapan yang
sama pada novel dan filmnya.
Jika
terus membandingkan antara dua media yang berbeda ini, novel dan film, maka
akan banyak sekali ditemukan perbedaan di dalamnya. Narasi-narasi yang dianggap
tidak penting dalam novel akan dihilangkan saat berubah media menjadi film. Dan
hal-hal penting lainnya dalam novel akan tetap diadakan dalam film tetapi tetap
saja tidak asli seperti pada novel. Selain perbedaan yang saya paparkan di atas
masih banyak lagi perbedaan yang ada pada kedua media itu. Sekalipun cerita
sebuah film berangkat dari novel dan telah berubah media maka tidak akan
ditemui lagi keaslian pada ceritanya. Semua telah dibuat menjadi sebuah karya
baru dengan penambahan atau penghilangan bagian tertentu.




0 komentar:
Posting Komentar