(analisis terhadap kecenderungan chicklit asli Indonesia dan terjemahan)
Chicklit identik sebagai novel yang membicarakan
perempuan lajang kota-kota besar yang tidak lagi muda dengan segala masalah
kehidupannya. Pencarian cinta untuk menemukan seorang lelaki yang tepat,
kemudian karir, lalu berat badan berlebih yang selalu menjadi hantu menakutkan,
mode-mode pakaian, tas, sepatu, dan seputar masalah perempuan lainnya.
Bridget
Jones’s Diary merupakan sebuah
novel perempuan yang menjadi fenomena baru dalam dunia sastra dan disebut
sebagai chicklit. Di Indonesia, chicklit dikenal pada tahun 2003 setelah
Gramedia Pustaka Utama menerbitkan chicklit terjemahan. Tidak hanya chicklit
terjemahan, pada tahun 2004, lahirlah chicklit asli Indonesia yang ditulis oleh
Icha dengan judul Cintapuccino.
Untuk pembahasan chicklit yang saat ini sedang marak di
toko-toko buku saya telah membaca dan mengutip sebuah artikel dari internet.
Berikut artikel yang saya baca mengenai chicklit.
Yang disebut chicklit atau chick literature menurut Dewi Lestari,
penyanyi dan penulis buku Supernova, yakni novel fiksi yang ditulis oleh wanita
dan bertutur tentang wanita, terutama dari kalangan perkotaan yang mandiri dari
segi sosial dan ekonomi. Kata Dewi, "Tokoh dalam chicklit usianya berkisar
antara 20 hingga 30-an, belum menikah dan biasanya kisahnya seputar karier,
kehidupan cinta atau romantisisme, lengkap dengan detil kesehariannya."
Bahasa yang digunakan juga sangat mudah dicerna karena menggunakan bahasa
sehari-hari. Selain itu istilah-istilah dalam chicklit banyak mencantumkan
kosakata modern yang sudah tidak asing lagi di kalangan wanita, seperti
misalnya Prada, Armani, Manolo Blahnik, atau Jimmy Choo, yakni merk-merk tas
dan sepatu ternama yang amat disukai wanita. Apa yang ada dalam chicklit adalah
cermin wanita urban masa kini. Salah satu
situs tentang chicklit di internet juga menguraikan hal serupa. Menurut
www.chicklit.us, pengertian chicklit mengacu pada literatur modern khusus
wanita. Cerita dalam chicklit menuturkan wanita yang tengah mencari pasangan
hidupnya. Kisahnya lucu, ada unsur humornya, cerdas dan sangat menghibur. (Yusrini, ficky, “Chicklit, genre baru?.”,
Friday, December, 24, 2004, http://ficky-yusrini.blogspot.com2004_12_01_archive.html, (27 Maret 2011).
Dalam hal melihat kecenderungan antara chicklit
asli Indonesia dan terjemahan saya mengambil contoh untuk masing-masingnya.
Untuk chicklit asli Indonesia saya mengambil Pillow Talk karangan Christian Simamora dan Bridget Jones’s Diary karya Helen Fielding untuk chicklit
terjemahan.
Pillow
Talk merupakan salah satu chicklit Indonesia karangan Christian
Simamora. Novel ini bercerita tentang dua orang sahabat
yaitu Emi dan Jo yang bersahabat dari kecil namun persahabatan
itu lebih dari sahabat. Trauma masa lalu Emi ketika berpacaran dengan
sahabatnya, Santo, yang menyebabkan putus cinta dan persahabatan menjadi alasan
bagi Emi untuk tidak menjalin hubungan cinta dengan Jo.
Emi seorang perempuan dewasa yang bekerja di situs
belanja online, bisnis patungannya dan Ajeng. Emi, seorang gadis cuek yang dipandang “nakal” karena kebiasaannya yang suka dugem dan having sex dengan banyak laki-laki.
Namun itu semua karena Emi masih mencari pasangan yang tepat untuk hidupnya
walau Emi sudah dilamar oleh pacaranya. Tapi dibalik itu semua Emi adalah
perempuan yang teguh dalam prinsip juga mandiri.
Sementara ada pula chicklit terjemahan Bridget Jones’s Diary yang ditulis oleh
Helen Fielding. Bridget adalah seorang perempuan berusia tiga
puluh tahun yang masih single, selalu takut dengan berat badan dan penampilannya,
gelisah karena belum menemukan pasangan yang baik sehingga dia selalu dijodohkan oleh orang tua, tetangga ataupun
temannya yang sudah menikah. Tetapi Bridget menyukai bosnya yang playboy
dan takut komitmen.
Karena pada dasarnya
chicklit menceritakan perempuan dewasa beserta hidup dan karirnya, maka pada
dua chiklit tersebut, baik chicklit
Indonesia maupun terjemahan, terdapat kecenderungan yang sama dalam novel
itu. Seperti namanya chicklit yang menceritakan masalah perempuan dewasa yang
belum menikah maka kecenderungan pertama pada kedua chicklit itu adalah perempuan
dewasa yang dituntut untuk mencari psasangan dan segera menikah karena sudah
tidak muda lagi. Dalam novel Pillow Talk
dapat dilihat dari kutipan berikut:
Kalo dia nggak
salah, yang jelas-jelas cewek tulen itu kan Emi. Harusnya pikiran yang didorong
jam biologis itu muncul di kepala Emi, dan bukannya Jo. (Simamora, 2010 : 396)
Juga pada kutipan Bridget
Jones’s Diary:
“Maksudku, pasti kau mengalami masa-masa sulit, tanpa
calon pasangan di hadapanmu dan jam biologismu terus berdetak,” katanya,
menendangku di bawah meja. (Fielding,
2004 : 192)
Kemudian
kecenderungan kedua yang ada pada chicklit asli Indonesia maupun terjemahan
adalah masalah karir. Dalam Pillow Talk
dan Bridget Jones’s Diary terdapat
kutipan sebagai berikut:
Berkat kerja keras keduanya, bisnis patungan itu
berkembang pesat. (Simamora, 2010 :
58)
Aku ingin punya karier,” katanya. Dan sisi jahat dirikju
merasa senang dan puas diri karena aku punya karier. (Fielding, 2004 : 104)
Lalu
kecenderungan selanjutnya dalam chiklit asli Indonesia dan terjemahan adalah
tokoh utamanya yang seorang perempuan selalu dihadapkan dengan jalan cinta yang
rumit. Seperti harus memilih salah satu dari dua laki-laki, pacar yang
selingkuh, dan jauh-jauh mencari cinta ternyata cinta itu adalah orang
terdekat. Dapat dilihat dari kutipan berikut:
Dia terus
meneruskan ucapannya, ”Emi, cheri...., would you marry me?” (Simamora, 2010 : 12)
“Santi ini
calaon mantunya Mama, lho, “kata Mama Dimas, ..... (Simamora, 2010 : 192)
Tapi Jo malah
mengulang pertanyaannya, “Ems, kalo kita nikah nanti, kamu tetep manggil aku
‘Sayang’ kan?” (Simamora, 2010 :
459)
Juga pada kutipan Bridget
Jones’s Diary
Mengapa aku
masih amat menyukai Daniel? (Fielding,
2004 : 158)
05.00. Aku
luluh lantak. Pacarku tidur dengan raksasa wanita berkulit perunggu. (Fielding, 2004 : 249)
Lalu Mark mengambilgelas sampanye dari tanganku,
menciumku, dan berkata, “Baiklah Bridget Jones, lain kali aku akan bilang
pardon.” (Fielding, 2004 : 414)
Karena
chicklit membahas seputar yang berhubungan dengan perempuan modern maka
kecenderungan selanjutnya adalah fashion. Kecenderungan itu terlihat dari
kutipan berikut:
“Buat gue, nama itu keren-keren aja kok. Kayak
Dolce&Gabbana, Alice+Olivia, ...
(Simamora, 2010 : 439)
Celana dalam Gossard Glossies-ku pasti cocok. (Fielding, 2004 : 202)
Ada pula kecenderungan yang
sama pada chicklit asli Indonesia ataupun terjemahan, yaitu cenderung
menghadirkan orang dekat sebagai sahabat tokoh utama sebagai tempat untuk
berbagi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:
Dari cerita sahabatnya itu, kemungkinan besar sih kerja
sama itu bakalan bener kejadian. (Simamora,
2010 : 58)
Aku lah sahabat karib Tom, bukan Jude. (Fielding, 2004 : 355)
Dalam penggunaan bahasa baik
itu saat percakapan ataupun narasi chicklit asli Indonesia cenderung
menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan mudah dipahami dalam artian
bahasa itu tidak baku sementara pada chiklit terjemahan cenderung menggunakan
bahasa indonesia baku. Seperti contoh kutipan berikut:
Cowok itu
nggak mungkin bisa lama-lama marah di dekatanya. (Simamora, 2010 : 272)
“Lha elo... pergi nggak bilang-bilang.” (Simamora, 2010 : 272)
Aku tidak
pernah melihatnya sekusut itu. (Fielding,
2004 : 165)
“Tidak bisakah aku merayumu dengan ketimun?” tanyaku, ...
(Fielding, 2004 : 31)
Chicklit identik dengan perempuan
dewasa mapan yang tinggal di kota metropolitan. Tentu saja hal-hal seperti party dengan teman-teman hingga hal yang
mengenai seksualitas sekalipun tidak tabu bagi kebanyakan chiklit terjemahan.
Hal semacam itu dengan gamblang disajikan
dalam cerita. Sementara di Indonesia hal yang menyinggung seksualitas seperti
itu masih di anggap tabu, dalam artian penggambaran seksualitas dalam teks
tidak secara terang-terangan masih setengah-setengah walau tidak pada semua
chicklit. Seperti pada chicklit Mendamba
karya Aditia Yudis dan Rain Affair karya
Clara Canceriana yang hanya sebatas cium dan peluk saja. Ada pula sebagian
chiklit yang berani membicarakan seksualitas dari bentuk ciuman, kelamin dan
ranjang sekalipun. Pillow Talk menurut
saya chicklit yang berani membicarakan kelamin namun ketika sampai pada ranjang
penceritaan tidak diteruskan.
Chicklit asli Indonesia ataupun
terjemahan memiliki beberapa kecenderungan dalam ceritanya. Kecenderungan
seperti yang telah saya sebutkan di atas seperti cinta, karir, fashion, adanya
orang dekat sebagai sahabat tokoh utama, hingga penggunaan bahasa, selalu ada
di chiklit apa pun, sementara Pillow Talk
dan Bridget Jones’s Diary hanyalah
salah satu contoh dari kebanyakan chiklit lainnya.




0 komentar:
Posting Komentar